Seperti yang sudah dibahas sebelum-sebelumnya, jika Akuntansi Manajemen lebih fokus terhadap perhitungan internal dalam proses produksi dan juga kaitannya dengan cost. Beberapa konsep biaya dalam pengambilan keputusan jangka pendek adalah
Sunk Costs
Biaya yang sudah terjadi dan tidak bisa dipakai sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Opportunity Costs
Kesempatan yang hilang karena memilih alternatif lain.
Relevant Costs
Biaya yang belum terjadi dan akan terjadi apabila dilaksanakan. Biaya ini dapat dipakai untuk mengambil keputusan.
Mari kita simak contoh berikut untuk memperjelas kategori tersebut
Misalkan Tuan X adalah pekerja di kota Jakarta. Tuan X ingin berlibur ke Bandung menggunakan transportasi publik untuk mencapai tujuan. Tuan X tentunya berpikir untuk menghemat budget perjalanan, maka Tuan X merencanakan perjalanannya. Tuan X pun membeli koran dan sumber dokumen lainnya untuk melihat tiket kereta, travel, dan juga pesawat. Setelah menentukan transportasi publik, Tuan X harus mencapai hotel tempat tujuannya.
Dari cerita tersebut bisa dikategorikan biaya-biayanya di bawah ini
1. Membeli koran & sumber dokumen lain : Sunk Cost, karena sudah terjadi dan keluar biaya
2. Pertimbangan membeli tiket : Opportunity Cost, karena hanya perlu memilih satu saja dari beberapa pilihan apakah itu membeli tiket kereta, travel, atau pesawat
3. Kendaraan untuk mencapai hotel : Relevant Cost, karena biaya tersebut belum terjadi dan pastinya akan terjadi.
Lalu di perusahaan sendiri, penerapannya biaya relevan biasanya adalah biaya variabel karena sesuai dengan volume produksi. Sementara biaya tetap bukan biaya relevan karena tidak beraktivitas pun biaya tersebut akan muncul. Namun perlu diperhatikan tidak semua biaya tetap artinya bukan biaya relevan.
Penerapan Konsep Biaya Relevan Pada Beberapa Kondisi
A. Pesanan Khusus
Pesanan yang hanya terjadi sesekali dan biasanya dilakukan di luar kegiatan perusahaan seperti biayanya. Berikut contoh saya ambil dari Modul IAI Akuntansi 2016 Akuntansi Manajemen Lanjutan.
Soal
PT X memproduksi berbagai macam furniture. Perusahaan memiliki kapasitas produksi sebanyak 100.000 jam mesin, namun biasanya hanya terpakai 60.000 jam mesin. Terdapat calon pembeli yang akan memesan 5.000 buah kursi, yang membutuhkan :
- Jam Mesin 10.000 jam
- Bahan baku Rp 20.000
- Jam Buruh 15 menit / kursi dengan bayaran Rp 16.000/jam
- Biaya overhead variabel Rp 6.000
- Biaya overhead tetap Rp 8.000
- Harga jual Rp 6.000 per kursi
Pertanyaan : Jika pemesan memberi penawaran Rp 42.000 / kursi, apakah sebaiknya tawaran diterima?
Mari kita telusuri biayanya, satu per satu, apakah biaya tersebut biaya relevan atau tidak. Soal memberi informasi bahwa jam mesin terpakai adalah 60.000 dengan kapasitas maksimal 100.000, ini artinya penambahan jam mesin 10.000 jam tidak menjadi masalah. Bahan baku merupakan biaya variabel artinya masuk biaya relevan dan juga jam buruh. Biaya overhead variabel juga masuk biaya relevan. Untuk biaya overhead tetap tidak termasuk biaya relevan. Maka hitungannya adalah
Bahan + Tenaga Kerja + B. Overhead Variabel = Rp 20.000 + Rp 4.000 + Rp 12.000 = Rp 36.000
Karena harga jual lebih besar dari biaya relevant, maka keputusannya diterima. (Rp 42.000 > Rp 36.000)
Penjelasan : Bahan Baku Rp 20.000 / kursi
Tenaga Kerja Kerja dengan perhitungan 15 menit = 1 kursi > 1 jam = 4 kursi. (5.000 kursi / 4 kursi x Rp 16.000) / 5.000 kursi = Rp 4.000 / kursi
Biaya Overhead Variabel : 10.000 jam mesin x Rp 6.000 / 5.000 kursi = Rp 12.000
B. Membuat atau Membeli
Dalam situasi ini perusahaan bisa membuat sendiri produk pelengkap (komponen tertentu), namun di luar sana ada pemasok yang menawarkan produk ini dengan sebuah harga. Selanjutnya perusahaan hanya perlu menghitung apakah lebih untung membeli atau menjual
Soal
PT X memproduksi kipas angin, untuk membuat pisau kipas membutuhkan
Bahan Mentah Rp 10.000 / pisau
Tenaga Kerja Langsung Rp 6.000 / jam
Biaya Overhead Variabel Rp 4.000 / jam
Buruh dapat menghasilkan 6 unit / jam dan biaya mesin dengan sewa Rp 100.000.000 namun dengan kontrak dapat dibatalkan jika tidak ada aktivitas operasi. Penyusutan ruang pabrik adalah Rp 40.000.000 / tahun. Jumlah pisau biasa diproduksi sebanyak 20.000 unit setahun. Pemasok dari luar memberi harga Rp 17.000 / pisau. Apakah perusahaan tetap membuat atau membeli?
Hal yang pertama dilakukan adalah memilah biaya relevan
1. Bahan Mentah & Tenaga Kerja Langsung (sudah jelas)
2. BOP Variabel (sudah jelas)
3. Biaya Mesin (Walaupun termasuk biaya tetap, namun hal ini termasuk biaya relevan karena sesuai kontrak sewa dapat dibatalkan)
Untuk penyusutan ruang pabrik tidak termasuk biaya relevan.
Jika Membeli
Bahan Mentah = Rp 10.000
Tenaga Kerja = 6 unit x Rp 6.000 = Rp 1.000
Biaya sewa mesin = Rp 100.000.000 / 20.000 unit = Rp 5.000
Maka biaya variabel untuk per unit adalah Rp 16.000, sementara penawaran pemasok Rp 17.000. Artinya lebih baik perusahaan membuat produknya sendiri.
C. Pengambilan Keputusan Jangka Pendek dengan Activity Based Costing
Biaya relevan lebih menitikberatkan pada biaya variabel, namun jika penerapan pada cost menggunakan perhitungan secara tradisional, artinya biaya-biaya variabel ini bisa jadi perhitungannya kurang tepat dan hasil keputusannya pun bisa melenceng jauh. Dengan mengkombinasikan Biaya Relevan dengan Activity Based Cost bisa memperkecil kesalahan tersebut.
Soal
PT X mendapatkan pesanan dari salah satu customernya sebanyak 10.000 kacamata dengan harga Rp 325.000 per pcs. Pesanan ini hanya bersifat sekali dan tidak reguler. Untuk memenuhi pesanan ini dibutuhkan
Informasi tambahan :
- Peningkatan kapasitas set-up dilakukan kelipatan 25 jam
- Peningkatan aktivitas inspeksi dilakukan kelipatan 2.000 jam dengan biaya tetap sebesar Rp 20.000.000
- Mesin untuk membuat sepatu dapat disewa 20.000 per jam mesin dan menambah 2.500 jam mesin.
Pertanyaan : apakah pesanan tersebut diterima atau tidak?
Bahan + Buruh = (10.000 x 12.000) + (5.000 x 20.000) = 220.000.000
Biaya Set Up, Inspeksi, & Pembuatan Kacamata = (80 x 120.000) + (800 x 80.000) + (6.000 x 3.000) = 34.000.000
Penambahan Set Up = dibutuhkan 35 jam, namun penambahan hanya berlaku per 25 jam. Sehingga dibutuhkan 2x penambahan dengan biaya 10.000.000 x 2 = 20.000.000
Penambahan Inspeksi = dibutuhkan 400 jam, namun penambahan hanya berlaku kelipatan per 2.000 jam dengan biaya akhir 20.000.000
Sehingga total biaya adalah 294.000 / kacamata masih lebih besar dibandingkan harga jual 325.000 / kacamata. Artinya pesanan tersebut diterima.
Untuk contoh soal dalam versi lengkapnya bisa dilihat di Modul IAI Akuntansi Manajemen Lanjutan 2016.
Soal
PT X mendapatkan pesanan dari salah satu customernya sebanyak 10.000 kacamata dengan harga Rp 325.000 per pcs. Pesanan ini hanya bersifat sekali dan tidak reguler. Untuk memenuhi pesanan ini dibutuhkan
Informasi tambahan :
- Peningkatan kapasitas set-up dilakukan kelipatan 25 jam
- Peningkatan aktivitas inspeksi dilakukan kelipatan 2.000 jam dengan biaya tetap sebesar Rp 20.000.000
- Mesin untuk membuat sepatu dapat disewa 20.000 per jam mesin dan menambah 2.500 jam mesin.
Pertanyaan : apakah pesanan tersebut diterima atau tidak?
Bahan + Buruh = (10.000 x 12.000) + (5.000 x 20.000) = 220.000.000
Biaya Set Up, Inspeksi, & Pembuatan Kacamata = (80 x 120.000) + (800 x 80.000) + (6.000 x 3.000) = 34.000.000
Penambahan Set Up = dibutuhkan 35 jam, namun penambahan hanya berlaku per 25 jam. Sehingga dibutuhkan 2x penambahan dengan biaya 10.000.000 x 2 = 20.000.000
Penambahan Inspeksi = dibutuhkan 400 jam, namun penambahan hanya berlaku kelipatan per 2.000 jam dengan biaya akhir 20.000.000
Sehingga total biaya adalah 294.000 / kacamata masih lebih besar dibandingkan harga jual 325.000 / kacamata. Artinya pesanan tersebut diterima.
Untuk contoh soal dalam versi lengkapnya bisa dilihat di Modul IAI Akuntansi Manajemen Lanjutan 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar