Pada postingan saya yang sebelumnya berbicara mengenai pentingnya pemisahan Sistem Akuntansi Keuangan dan Sistem Akuntansi Manajemen (Baca Di Sini : Perbedaan Sistem). Kasus nyata di perusahaan tempat bekerja, pembaharuan cost hanya setahun sekali. Untuk itu saya ingin mengimplementasi produk dengan metode Activity Based Cost (ABC) dengan penyederhanaan dan data yang diubah karena menyangkut rahasia perusahaan.
Tempat perusahaan saya bekerja adalah perusahaan manufaktur berupa plastik kemasan. Produk memiliki tiga bagian terpisah yang nantinya disatukan berupa : Seal (Tutup) dengan kode S, Handle (Gagang) dengan kode G, dan Body (Kemasan) dengan kode B. Sehingga standar penjualan adalah satu paket per pcs.
Skema produksi bisa saya ilustrasikan sebagai berikut :
Masing-masing paket produk tersebut mempunyai masing-masing ukuran, di mana pembagiannya menjadi 2,5L, 5L, dan 20L (L=liter kemasan). Ketiga produk ini mempunyai waktu pengerjaan yang berbeda, harga pokok yang berbeda, juga harga jual yang berbeda, berikut juga dengan bahan baku yang digunakan seperti pada tabel yang ditunjukkan di bawah
Tabel di atas, masing-masing produknya dibuat 1.000 unit per sekali jalan mesin. Selain itu ada juga biaya-biaya tidak langsung yang perlu diperhitungkan (dalam Rupiah) :
- Biaya Listrik 5.000.000
- Penyusutan Mesin 2.000.000
- Penyusutan Gedung 1.000.000
Saya yakin sekali Pak Wakil DIrektur menghitung cost dengan model Tradisional, di mana biaya tidak langsung ditotalkan lalu dibagi rata. Mari kita lihat perhitungan Tradisional di bawah ini :
Saya menggunakan asumsi semua produk terjual 100% sesuai permintaan pelanggan
Dari hasil di atas bisa disimpulkan setiap kali memproduksi dan menjual 1.000 unit, maka untuk ukuran 1L akan menghasilkan 7%, ukuran 5L menghasilkan 23%, ukuran 20L menghasilkan 35%.
Mari kita coba penerapan sistem ABC. Sistem ABC membagi biaya tidak langsung (yang dipakai bersama-sama) berdasarkan aktivitasnya masing-masing. Aktivitas yang dimaksud dalam kasus ini adalah Biaya Listrik, Penyusutan Mesin, & Penyusutan Gedung. Biaya ini harus dibagi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, dalam hal ini saya analogikan Biaya Listrik dan Penyusutan Mesin sesuai dengan waktu produksinya dan Penyusutan Gedung sesuai dengan luas yang dipakai dalam mesin.
Biaya Listrik dan Penyusutan Mesin berdasarkan waktu perhitungannya sebagai berikut :
1L = 12 detik / unit, 5L = 18 detik / unit, dan 20L = 30 detik / unit. Jika diproporsionalkan, maka untuk ukuran 1L = 20%, 5L = 30%, dan 20L = 50%.
Biaya Penyusutan Gedung berdasarkan luas penempatan mesinnya, karena ketiga produk ini digunakan satu mesin secara bergantian, maka biayanya akan sama. Maka 1.000.000 / 3 = 333.333 untuk masing-masing produk.
Mari kita ringkas agar tidak membingungkan :
Setelah mengetahui besaran biaya tidak langsung untuk masing-masing pos, kita totalkan semuanya untuk mencari cost dan profit margin.
Setelah mengetahui profit margin mari kita lihat perbedaan sistem perhitungan secara Tradisional dan secara ABC.
Untuk ukuran 1L perbedaannya sangat mencolok, sementara ukuran lainnya tidak terlalu jauh perbedaannya. Hal ini bisa dipakai untuk penentuan harga cost inventory dan memperbaharui penetapan harga jual jika ingin mencapai profit margin tertentu. Tapi perlu diingat dalam kejadian sebenarnya tentu saja akan ada banyak sekali biaya tak langsung.
Sudah saya bilang sejak awal ini adalah contoh sederhana. Sebenarnya di perusahaan tempat saya kerja banyak sekali biaya tidak langsung, contohnya listrik sebenarnya tidak 100% untuk mesin, namun ada penggunaan lain seperti dispenser, mesin fotocopy, dll. Untuk melakukan produksi pun sebenarnya diperlukan seting mesin yang seharusnya dimasukkan dan masih banyak lainnya. Hanya saja tidak saya masukan karena melalui tulisan ini saya hanya menjelaskan konsep perhitungannya saja agar sederhana dan mudah dimengerti.
PERHATIAN. Jika pesaing merupakan perusahaan manufaktur yang sama, dan pangsa pasar yang tidak berbeda jauh, hal tersebut tidak menjamin akan sama 100%. Karena improvisasi produksi masing-masing perusahaan tentu berbeda. Teknologi dan jenis SDM juga berbeda. Jadi walaupun produknya sama cost, rumus, dan cara menghitungnya pun bisa jadi berbeda. Faktor perhitungannya pun bisa jadi berbeda, contoh di atas Biaya Listrik menggunakan lamanya waktu (detik), jika diubah menjadi KwH (pemakaian listrik) maka hasil perhitungannya pun berbeda.
Ketika Anda pindah untuk bekerja, mau tidak mau harus mempelajari bagaimana skema produksi di perusahaan walaupun perusahaannya bergerak di bidang yang sama. Cost Accounting ini memang harus rajin-rajin turun ke lapangan (produksi), berbeda dengan Accounting yang notabene duduk diam di depan layar komputer.
Adaptasi perhitungan di atas berdasarkan dari Modul IAI 2016 Akuntansi Manajemen Lanjutan, hanya saja contohnya tidak sama persis, lebih sederhana. Jika ada pertanyaan mengenai perhitungan boleh tulis di kolom komentar.
Terima Kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar