Dulu gw sewaktu SMA masuk jurusan IPS karena berdasarkan hasil psikotes menyarankan gw untuk masuk IPS. Walaupun nilai & psikotes matematika gw cukup tinggi, gw tetap percaya sama hasil psikotes, alhasil gw masuk IPS. Pendekatannya waktu itu diarahkan untuk jadi hakim, akuntan, atau manajer, dan sepertinya banyak lagi pilihan lainnya, cuma gw ga ingat.
Setelah lulus pun gw dengan mantap masuk jurusan S1 Akuntansi di salah satu perguruan tinggi swasta yang cukup terkenal. Pada bidang akademik, gw sendiri agak aneh karena ternyata ada mata kuliah lain yang bukan akuntansi namun ada juga yang melenceng jauh dari kata "accounting". Contohnya filosofi agama dan pendidikan kewarganegaraan. Tapi untuk dua mata kuliah tadi sepertinya memang sudah diatur di UU jadi mau tidak mau memang harus dipelajari.
Ternyata kuliah Akuntansi itu memang tidak murni hanya "accounting" saja, namun banyak hal yang berkaitan dengan dunia ekonomi. Ternyata perspektif gw ini cukup salah, mau tidak mau ya harus dijalani walaupun di semester 1 IPK gw nasakom (nasib satu koma). Sempat berpikir untuk pindah jurusan, tapi kalo dipikir-pikir lagi mau mempelajari bidang apapun kalo malas ya dapat zonk juga.
Keputusan tersebut gw akui sebagai sesuatu hal yang baik, karena untuk mata kuliah akuntansinya sendiri gw ga perlu bersusah payah untuk meraih nilai yang bagus. Itu karena gw lulusan IPS & gw nurut sama hasil psikotes sewaktu SMA. Alhasil gw bisa lulus dari Semester 1 dengan IPK 1,8 sampai Semester 8 dengan IPK 3,14. Istilahnya sih from zero to hero lah, ga bego-bego amat.
Andai kata waktu itu gw masuk IPA mungkin jalan cerita gw akan berbeda. Mungkin kuliah malahan ga jelas dan ga akan lulus-lulus. Gw sih menyarankan buat adik-adik yang masih bingung menentukan jurusan di SMA, gw sarankan ikut psikotes aja. Psikotes ini ga berbohong, kalo bilang IPS ya sudah IPS saja, memang kemampuan lu mungkin IPS. Selanjutnya kan tinggal mengasah diri saja.
Tapi jaman sekarang sepertinya masih melekat slogan bahwa "IPS itu bodo, IPA itu pintar". Padahal kemampuan masing-masing tiap orang itu beda. Untuk ukuran SMA, kekeliruan seperti itu tidak terlalu berdampak luas terhadap karir dan pekerjaan. Kalo sudah salah masuk jurusan sewaktu kuliah, gw kira itu adalah masalah besar. Karena sebagian besar perusahaan menginginkan posisi yang linier dengan jurusan kuliah. Kalo butuhnya HRD panggilnya ya Psikolog atau Manajemen. Kalo Teknik Mesin pasti panggil orang Teknik. Jadi salah masuk jurusan itu sebaiknya dihindari sebisa mungkin.
Mata kuliah yang ditemui sama saja sepertinya, sama halnya belajar di SMA. Hanya saja praktik dan studi kasusnya lebih banyak, jadi lebih disuruh mikir daripada menghapal lainnya sih sama saja. Dan gw kira semua jurusan pun sama saja, intinya sih mau bekerja keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar